Minggu, 12 Agustus 2012

Kegigihan Seorang Ibu Melawan Kejahatan Narkoba

Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk paling sempurna yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Selain itu, manusia juga memiliki banyak kekurangan diantaranya tamak, rakus, egois, dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang kerap terjadi pada diri manusia, mulai dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal itu tak luput dari pengaruh di lingkungan sekitar. Dikisahkan sebuah keluarga yang sejatinya ayah merupakan tulang punggung serta panutan di dalam keluarga, tetapi malah berperilaku menyimpang akibat menjadi konsumen narkoba. 

Narkoba adalah salah satu pembunuh terbesar di dunia. Tidak hanya merugikan diri sendiri, juga orang-orang sekitarnya terutama keluarga. Tadinya keluarga ini merupakan keluarga berkecukupan yang bahagia terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak kembar perempuan dan laki-laki. Hanya karena narkoba, keluarga ini menjadi broken home. Tidak sedikit biaya yang dihabiskan untuk membeli narkoba, harta banyak habis terjual dan ayah pun berhenti bekerja. Ayah sangat jarang pulang ke rumah. Berhentinya ayah bekerja menyebabkan ibu harus menggantikan posisinya untuk mencari nafkah. 

Karena kesibukan ibunya, anak-anak menjadi terlantar, akibatnya dampak psikologi mereka memburuk. Kurangnya perhatian, membuat anak-anak yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar ini jadi seorang pembolos dan lebih sering bermain di lingkungan yang bebas. Lama-kelamaan mereka terpengaruh lingkungan buruk dan menjadi liar. 

Ibu sangat menyayangkan semua hal ini. Ia segera berencana dan berupaya untuk mengembalikan keutuhan dan kebahagiaan keluarga mereka. Selain bekerja sebagai buruh cuci dari rumah ke rumah hingga sore hari, ibu juga menyempatkan diri mengikuti majelis dan pengajian di masjid. Ini dilakukan untuk memantapkan ilmu keagamaan, bekal yang akan diberikan kepada suami dan anak-anaknya. 

Ayah jarang pulang kerumah dikarenakan setiap hari berjudi dan menginap di hotel untuk berpoya-poya dan bermain wanita. Bila pulang kerumah, ayah hanya marah-marah, tidak jarang  terjadi kekerasan. Ayah merampas hak dan memaksa mengambil uang ibu. Namun, ibu tidak patah arang, hal ini dijadikannya cambuk untuk memperkuat iman dan keinginannya. Ibu mempelajari tentang narkoba, bahaya dan dampaknya terhadap semua hal. Dan karena ibu pun mengalami langsung perbuatan ayah yang tidak mengenakkan terhadap dirinya akibat narkoba, maka hal ini dijadikan contoh kepada semua orang bahwa betapa meruginya narkoba itu. 

Hal ini membuat ibu bersemangat dan menyempatkan waktu senggang untuk melakukan penyuluhan tentang narkoba di kalangan rumah dan masjid dalam suatu majelis. Tidak sedikit orang yang pro dan mengapresiasi kegiatan ibu tersebut. 

Satu tahun sudah dilewati semenjak ayah bersentuhan dengan barang haram tersebut. Selama itu pula anak-anak sudah mulai menyadari bahwa tindakan yang mereka ambil selama ini bukan sebagai pemecahan masalah malah sebaliknya. Akhirnya mereka menyesal dan kembali kepangkuan ibu, seorang wanita yang senantiasa memberikan nasihat dan perhatian kepada anak-ananknya disela-sela waktu senggangnya dirumah, meskipun itu hanya di malam hari. Tidak putus ibu selalu berdoa dan berharap agar suami dan anak-anaknya dapat melewati ujian keimanan tersebut. 

Perlahan anak-anak mulai meninggalkan kebiasaan buruk mereka dan menjauhi lingkungan yang tidak baik itu. Sekarang mereka telah berbakti kepada ibunya, menjalani kehidupan sekolah dengan baik, mengurus dan membantu semua pekerjaan ibu dirumah, dan secara perlahan pula mereka belajar memperdalam ilmu agama. Usaha ibu tidak sia-sia, satu masalah telah terselesaikan mengenai perilaku menyimpang anak-anaknya. Kini ibu memiliki mereka untuk bekerja sama mengajak ayah kembali ke jalan yang benar. Namun hal ini tak semudah membalikkan telapak tangan. 

Setiap pulang ke rumah, seperti biasa ayah menunjukkan perilaku yang kurang menyenangkan bahkan di depan kedua anaknya. Ibu selalu berusaha menasihati dan menyadarkan ayah untuk berhenti menyentuh barang haram itu lagi. Anak-anak pun ikut berbicara namun sama sekali tidak digubris oleh ayah, malah ia memarahi anak-anaknya. Sampai pernah suatu hari ibu memegang erat kaki ayah agar tidak pergi keluar rumah untuk berpoya-poya dan berpesta pora dengan wanita dan narkoba, tetapi ibu malah ditendang dan dimarahi ayah. Untungnya hal itu tidak disaksikan oleh kedua anak mereka. Semua itu tetap tidak mematahkan keinginan mereka untuk terus maju dan merubah segalanya menjadi lebih baik, demi ayah tercinta.
        
Di suatu malam, ayah pulang kerumah, ia mendapati istri dan kedua anaknya sedang salat isya berjamaah di kamarnya. Seketika itu juga ayah terpaku di depan pintu kamar memandangi ketiganya. Ayah mendengar mereka berdoa, dan di setiap untaian doa terdapat keinginan tulus untuk mengajak ayah kembali ke jalan yang benar, menjadi panutan yang baik untuk keluarga, membimbing istri dan anak-anak di jalan Allah. Kerasnya hati bercampur dengan perasaan haru dan sesal yang sedikit demi sedikit meluluhkannya. Secara tidak sadar ayah meneteskan air mata di pipinya, sepertinya hatinya tergugah. Kemudian ayah langsung masuk ke dalam kamar dan bersujud dihadapan istrinya. Ayah meminta maaf, menangis, dan menyesali perbuatannya selama ini. Ketiganya pun ikut menangis dan langsung memeluk erat ayah, serta berterima kasih kepada Allah yang telah membukakan hati beliau.
             
Semenjak itu, dibukalah lembaran baru dikehidupan keluarga mereka. Ibu tetap bekerja dan mengurus anak-anak dirumah sedangkan ayah kini menjalani rehabilitasi dengan dibiayai salah seorang kakak ayah yang hidupnya mapan. Hal ini dilakukan berkat rasa syukur karena adiknya ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik dan meninggalkan narkoba. Enam bulan kemudian, ibu berhenti bekerja dan benar-benar menjadi ibu rumah tangga seutuhnya yang hanya mengurus anak-anak dirumah, sedangkan ayah bekerja di perusahaan swasta di kota mereka tinggal, dan ia benar-benar telah terlepas dari jeratan narkoba. 

Dapat dipetik hikmah, bahwasanya keinginan dan tekad yang kuat, serta doa dan usaha yang tulus membuahkan hasil sesuai harapan, merubah kesengsaraan menjadi kebahagiaan. Kejahatan, kekurangan manusia, dan perilaku menyimpang dapat diatasi dengan niat yang ikhlas dan bersungguh-sungguh untuk merubahnya. Tidak menutup kemungkinan Allah memberikan kemudahan didalamnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar