Senin, 30 Juli 2012

Ibu

Ibu... Tiada kata-kata yang dapat terangkai atas semua jasamu. Hanya seuntai kenangan dan harapan masih kental diingatan. Wajahmu nan anggun selalu hadir dalam bayang semu. Namun terlukis indah dihatiku. 

Hatiku sakit ketika sebuah ingatan muncul ke permukaan, seolah terseyet silet tajam!  Suatu hal yang pernah membuatmu terluka karena sikapku, Ibu...

Sungguh 'maaf' pun tak berarti.

 

Sepucuk cerita itu yang sampai saat ini mambuatku menitihkan air mata bila mengingatnya. Hari itu, aku merajuk pada Ibu. Aku merajuk saat Ibu sedang terbaring di rumah sakit. Aku merajuk karena hal kecil, mengikuti ego karena terbiasa dengan sikap manjaku. Hal ini membuat satu malam aku tidak tidur disampingmu, tidak menemanimu! Dan satu malam itu yang membuat penyesalan panjang. Seharusnya 'tak kulewatkan satu detik pun bersamamu, Ibu...

Esoknya aku segera menyambut jari-jemari Ibu, menangis, meminta maaf, dan memeluk erat tubuhmu. Ibu pun menangis sambil menyapu air mataku. Ibu berkata, "Sungguh 'tak ada niatku menyusahkanmu nak, ibu tidak mau menginap di rumah sakit lagi, tidak mau melihat kamu capek. Ibu ingin kamu bisa segera melanjutkan aktivitasmu. Apapun yang kamu lakukan akan ibu dukung, dan ibu tak izinkan sakit ibu ini menghalangimu nak". Air mataku membeludak! Kutatap wajah ibu nan sendu. Ibu menorehkan senyum manis padaku dan terus menyapu air mata ini. Kupeluk ibu tanpa sepatah kata pun!

 

Ibu... Ibu terlihat sehat dan gagah meskipun sesungguhnya dalam keadaan sakit. Saat itu aku hanya mengharapkan kesembuhan Ibu, kesehatan Ibu pulih kembali. Aku menyesal merajuk pada Ibu. Aku menyesal melewatkan satu malam saja bersamamu! Namun, penyesalan tidak akan memutar waktu kembali...

Sungguh 'maaf' pun tak berarti.

 

Dulu selalu ada Ibu, There's you everyday, Mom.... Tempatku berbagi, bercerita hal-hal yang kualami setiap hari. Ntah itu kebahagiaan, kesedihan, keterpurukkan. Soal teman, pacar, guru-guru di sekolah, orang-orang diluar sana yang berinteraksi denganku, tak satupun terlewatkan. Tentang kebohonganku. Kebohongan yang t'lah aku lakukan pada Ibu, meski Ibu marah, namun hatiku lega setelah kuungkapkan padanya. Ibu tetap mengantongi beribu maaf untuk aku. :')

Ibu selalu mendukung semua yang kulakukan untuk meraih prestasiku, menunjukkan kemampuanku untuk Ibu. Dan menjadi teladan bagi adik-adikku.

 

Setiap hari kuawali dan kuakhiri aktivitasku dengan peluk dan cium Ibu. Aroma tubuh Ibu bagaikan wangi surga, Subhanallah.... Sungguh semua itu tak kurasa lagi. Tak ada lagi Ibu, yang selalu siap menampung curahan hatiku, selalu memanjakanku. 

Hanya seuntai kenangan dan harapan masih kental diingatan.

 

Kini aku menjadi seorang gadis mandiri, Bu. Aku bisa melakukan semua pekerjaan rumah sendiri, 'tak manja dan cengeng lagi. Dan sekarang Allah memberiku kesempatan menjadi seorang mahasiswi, aku sudah kuliah Bu. Dulu aku selalu bercerita seputar sekolahku, namun kini 'tak sempat bercerita seputar kuliahku. Ibu tidak sempat melihatku menjadi seorang mahasiswi. :') Namun syukur ini masih menaikki tangga kehadirat-Mu ya Rabb.


Terselip lantunan doaku untukmu Ibu. Semua yang terbaik akan kulakukan demi Ibu. Akan kuingat semua pesanmu. Ibu segalanya bagiku, mutiara hatiku.

Aku dan adik-adik akan selalu merindukanmu, Oh Ibu...

Catatan mungil : Deka 6___6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar