Kamis, 16 Agustus 2012

FMN

Tugas dan Tanggung Jawab Front Mahasiswa Nasional
Sebagai Gerakan Massa Demokratis Nasional Di Perkotaan[1]


Pengantar.
Materi berikut ini akan membahas tentang tugas dan tanggung jawab Front Mahasiswa Nasional sebagai gerakan massa demokratis nasional, terkait kedudukannya sebagai organisasi massa pemuda mahasiswa di perkotaan. Tentu tugas dan tanggung jawab ini berdasarkan garis perjuangan demokratis nasional yang lahir dari karakter masyarakat Indonesia yang Setengah Jajahan dan Setengah Feodal.

I.       Tentang Dasar Perjuangan Pemuda Mahasiswa Dalam Masyarakat Setengah Jajahan dan Setengah Feodal.
A.     Problem Umum dan Khusus Pemuda Mahasiswa
1.     Bagaimana Keadaan umum pemuda.
Pemuda digolongkan berdasarkan usia dari 16-30 tahun. Dalam masyarakat Indonesia, golongan usia pemuda kira-kira berjumlah 82,2 juta jiwa. Usia yang muda dengan semangat yang bergelora, menempatkan pemuda dengan masa depan yang cerah, dapat menjadi tenaga produktif yang sangat aktif dalam memajukan bangsa.

Akan tetapi, kenyataan ini berbeda dengan kenyataan yang dialami oleh pemuda di Indonesia. Persoalan umum yang dihadapi oleh pemuda adalah tidak berpendidikan dan tidak memiliki lapangan pekerjaan yang layak. Pemuda Indonesia tidak memiliki masa depan yang cerah. Hal ini dikarenakan karakter Indonesia sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feudal akibat dominasi imperialisme dan feodalisme.

2.     Hancurnya tenaga produktif Indonesia.
Sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feudal akibat dominasi penindasan imperialisme dan feodalisme, menempatkan kedudukan Indonesia sebatas menyediakan bahan baku yang sangat melimpah bagi industri imperialisme, tenaga kerja yang murah, sasaran investasi raksasa, dan pasar yang luas bagi hasil-hasil industri imperialisme.

Berdasarkan kedudukannya tersebut, penindasan dan penghisapan di Indonesia dipertahankan dalam bentuk penindasan dan penghisapan yang primitif, yakni sebatas monopoli atas tanah tanpa membangun industri dasar[2], sebatas industri manufaktur[3] yang hanya dapat memproduksi barang jadi. Kenyataan ini telah berdampak pada hancurnya tenaga produktif di Indonesia. Rakyat Indonesia sebatas ditempatkan sebagai tenaga kerja dengan upah yang sangat murah untuk memproduksi kebutuhan bahan baku bagi kepentingan imperialisme. Sementara untuk kebutuhan dalam negeri Indonesia, dipenuhi dari hasil-hasil produksi imperialis sehingga tidak pernah dapat melepaskan ketergantungan terhadap imperialisme.

3.     Problem Khusus pemuda mahasiswa.
Dominasi imperialisme dan feodalisme yang berdampak pada kehancuran tenaga produktif rakyat Indonesia, juga berdampak pada pemuda mahasiswa Indonesia. Akibat dominasi penindasan setengah jajahan dan setengah feudal tersebut, pemuda mahasiswa ditempatkan dalam sistem pendidikan yang tidak ilmiah, tidak demokratis, dan tidak mengabdi kepada rakyat.

Hal inilah yang melahirkan berbagai bentuk penindasan yang dialami oleh pemuda mahasiswa. Seperti mahalnya biaya pendidikan, fasilitas yang minim, tidak adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi, tidak adanya jaminan kualitas pendidikan, serta tidak adanya jaminan ketersdiaan lapangan pekerjaan yang layak.

Biaya pendidikan yang sangat mahal dan terus melambung tinggi akibat berbagai kebijakan pemerintah seperti BHMN Perguruan Tinggi dan Badan Hukum Pendidikan, disatu sisi pendapatan rakyat dengan rata-rata yang sangat rendah dan tidak pernah meningkat, khususnya bagi klas buruh dan kaum tani, telah menyebabkan semakin banyak rakyat yang kehilangan aksesnya terhadap pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Sementara itu, biaya pendidikan yang mahal, tidak diikuti dengan fasilitas layak yang memadai sehingga tidak mampu memajukan kualitas pendidikan. Beberapa kampus besar yang memiliki fasilitas yang cukup layak dan memadai, bukan dalam upaya untuk memajukan kualitas pendidikan, melainkan untuk sebatas melegalkan kenaikan biaya pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari bertambahnya fasilitas yang pasti diikuti dengan naiknya biaya pendidikan. Demikian halnya dengan tidak adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi bagi mahasiswa yang telah menjerumuskan mahasiswa pada budaya pasif, tidak ilmiah, yang tidak mampu menjawab persoalan-persoalan rakyat. Ditambah lagi, setelah lulusan pendidikan, tidak ada jaminan lapangan pekerjaan yang layak dan memadai sehingga berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.

Hal ini semua dilakukan oleh imperialis dan feodalisme melalui berbagai kebijakan pemerintahan kaki tanganya, karena tidak ada kepentingan mereka untuk menjadikan rakyat Indonesia sebagai tenaga produktif yang mampu memajukan bangsa Indonesia sehingga mampu melepaskan segala bentuk ketergantungan terhadap imperialisme. Sebaliknya, rakyat Indonesia sebatas diorientasikan untuk menjadi tenaga kerja murah pada perusahaan-perusahaan imperialisme dan kaki tangannya yang sesuai dengan perkembangan Indonesia sebagai Negara setengah jajahan dan setengah feudal.


[1] Disampaikan pada pendidikan Anggota Front Mahasiswa Nasional Persiapan Cabang Kupang. Kupang, 26 – 28 Februari 2010.
[2] Industri dasar adalah industri dengan teknologi canggih yang dapat memproduksi mesin, industri yang mampu melahirkan industri, seperti industri baja, nuklir, dan sebagainya. Tidak adanya industri dasar di Indonesia yang memyebabkan tidak bisa terbangun dan berkembangnya industri nasional di Indonesia.
[3] Industri manufaktur adalah industri yang sebatas mengolah bahan baku menjadi barang konsumsi. Karena kedudukannya tersebut, industri manufaktur sebatas berhubungan dengan teknologi yang sederhana. Industri-industri yang dikatakan cukup canggih/modern di Indonesia, seperti industri elektronik, kendaraan bermotor, dan beberapa lainnya, hanya terbatas pada perakitan dengan bahan baku tetap berorientasi impor dari industri imperialis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar