Jumat, 31 Agustus 2012

DAKWAH MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Komunikasi yang paling efektif ialah komunikasi tatap muka (face to face communication) Dalam komunikasi tatap muka terjadi saling silang antara komunikator dan komunikan. Aspek dialogis sangat efektif untuk sampainya pesan komunikasi. Berdakwah yang bersifat orang perorang sangat efektif dalam menyampaikan pesan komunikasi. Berdakwah orang perorang (one to one communication) sangat efektif karena seorang da’i berkomunikasi sangat sederhana. Tidak perlu dibantu sarana. Pesan verbal dan nonverbal menyatu pada diri seorang da’i. Pada masa awal perjuangan islam, ketika Rasulullah menyampaikan wahyu Allah kepada umat, komunikasi yang dipergunakan ialah komunikasi orang perorang. Ajaran islam disampaikan langsung kepada orang perorang bahkan dalam situasi yang silent, dan hasilnya sangat efektif. Seorang demi seorang menjadi pengikut Rasulullah dimulai dari Siti Khadijah (istri), sahabat beliau Abu Bakar Ash-Shiddiq, menyusul yang lain-lain.
            Dari (one to one communication) dakwah islam ini berlanjut pada kelompok kecil (small group) diantara para sahabat. Dan pada dekade berikutnya, ketika islam disebarkan secara terbuka, komunikasi dakwah Rasulullah tiba kepada kelompok besar (large group communication). Komunikasi interpersonal itu masih bersifat komunikasi tatap muka. Setelah perkembangan teknologi komunikasi semakin berkembang, seperti telepon, radio, televisi, komunikasi satelit, dan alat cetak komunikasi interpersonal itu berkembang pula dengan mempergunakan sarana-sarana komunikasi mutakhir tersebut. Media elektronika dan media cetak dipergunakan untuk berkomunikasi dengan massa. Media elektronik meliputi media radio, media televise, media film. Media cetak, seperti surat kabar, majalah, bulletin, dan pamphlet. Media elektronika dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan massa disamping berkomunikasi dengan nonmassa atau nirmassa, yaitu khalayak yang terbatas, seperti penggunaan Overhead Projector (OHP), slide projector dalam kelas belajar, atau penggunaan Closed Circuit Television (CCTV) dalam pesta-pesta, penggunaan Citizen Band (CB) yang sifatnya interpersonal.
            Dalam arus modernisasi ini, para da’i harus mampu menyesuaikan diri dengan mempergunakan serta memanfaatkan media itu. Di Negara-negara Barat, banyak dijumpai radio atau televisi siaran yang mempunyai misi religious dan diselenggarakan oleh perkumpulan keagamaan. Di Filipina banyak dijumpai, radio dan TV siaran yang membawa misi Khatolik atau zending protestan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah karakteristik media massa?
2.      Bagaimana pemanfaatan media elektronik untuk dakwah?
3.      Bagaimanakah dakwah melalui media radio?
4.      Bagaimanakah dakwah melalui media televise?

PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Media Massa
Perkembangan media massa berawal pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi decade 1970 an dan masuknya zaman industrialisasi Negara-negara Barat yang akhirnya sedikit banyak membantu terbitnya surat kabar, radio, televise dan lain-lain.
            Baik media massa surat kabar, radio maupun televise pada umumnya memiliki karakteristik khusus, yaitu massal. Massal dalam arti adalah seluruh berita yang dibuat oleh media massa tidak bersifat pribadi, akan tetapi lebih dikonsentrasikan kepada masyarakat umum. Dalam rangka menerapkan pemasangan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang media massa cenderung pula mensegmentasikan pasar bagi produknya. Belum lagi adanya banjir teknologi yang juga membuka banjir informasi era satelit seperti adanya perkembangan teknologi internet, sehingga jarak ruang dan waktu menjadi tidak ada masalah. Penggunaan internet ini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan media massa lainnya seperti televise, radio maupun surat kabar.
            Aplikasi internet dewasa ini di bidang surat kabar, misalnya untuk penerapan sistem cetak jarak jauh, radio untuk penerapan komunikasi interaktif, sedangkan di dunia televise banyak sekali yang disumbangkan mulai dari transfer data hingga penggunaan televisi interaktif, yang kesemuanya menjalin hubungan komunikasi dua arah secara langsung. Internet sendiri berkembang demikian pesatnya tidak mau kalah dengan media massa yan lahir lebih dahulu. Dunia internet telah merambah mulai dari berita actual (terbaru dan terlengakap), iklan yang mendunia, hingga kontak langsung jarak jauh dengan biaya yang relatif murah.
            Perkembangan teknologi informasi yang mendukung media massa juga mempunyai dampak positif dan negatif. Segi positifnya adalah jarak ruang dan waktu bukan menjadi penghalang bagi terselenggaranya berita yang actual, dan informasi cenderung didapat secara lebih cepat di era globalisasi. Dalam era globalisasi media massa dan informasi, dunia menyaksikan peranan telekomunikasi dan media elektronik yang sangat fantastic. Dunia semakin menjadi cosmopolitan dan manusia saling mempengaruhi dalam berbagai hal perilaku, Tentu saja arus globalisasi tidak berdiri sendiri, melainkan ditemani oleh perdagangan (globalisasi pasar) dan lain sebagainya.

B.     Pemanfaatan Media Elektronik Untuk Dakwah
Tidak bisa dipungkiri bahwa media elektronik merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan –dalam hal ini pesan keagamaan- kepada khalayak penerima dakwah. Pada era sekarang ini, media elektronik dalam hal ini stasiun televise, sangat efektif media untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, dakwah juga bisa disampaikan melalui media elektronik ini, agar pesan-pesan dakwah bisa diterima secara efektif.
            Ciri utama media massa elektronika ialah keserempakan (simultanitas). Sebuah media elektronika disebut media massa apabila khalayak secara serempak bersama-sama menyarap pesan yang sama yang dikomunikasikan oleh sebuah stasiun penyiaran pada saat yang sama. Dalam hal ini, karakteristik media massa elektronik berbeda dengan media massa yang lain, karena masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

1.      Karakteristik Da’i sebagai Komunikator di Media Massa
Da’i yang menggunakan media massa sebagai sarana dakwahnya harus menyadari bahwa dia terikat pada sistem kekerabatan (kru produksi) yang merupakan dasar utama media massa. Kegiatan komunikasi dalam sistem kekerabatan itu teroganisasi dalam suatu manajemen penyiaran yang kompleks, yang menyangkut:
a.       Pembagian tugas ekstensif professional di berbagai keahlian, seperti ahli pemancar, ahli peralatan studio, ahli dekorasi, ahli tata rias, dan ahli kamera.
b.      Biaya yang cukup besar.
c.       Terikat pada sistem atau kebijaksanaan yang berlaku dalam suatu stasiun penyiaran.
d.      Komunikasinya bersifat satu arah (one way communication).[1]

2.      Karakteristik Khalayak sebagai Komunikasi di Media Massa
Komunikasi media massa ditunjukkan kepada masyarakat yang luas: heterogen dan anonim. Lebih luas lagi daripada komunikasi tatap muka dalam kelompok besar (large group communication). Khalayak disebut luas apabila komunikasi disampaikan kepada sekumpulan individu yang beragam dalam tingkat pendidikan, beragam status sosial ekonominya, dan beragam tempat tinggalnya.
Dalam majelis, seorang da’I masih dapat memonitor tanggapan para jamaah melalui sikap mereka, ekspresi mereka, gumaman mereka atau tangan mereka, juga “ejekan” mereka. Tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh seseorang da’I ketika dia menggunakan media massa.

3.      Karakteristik Pesan dalam Dakwah Melalui Media Massa
Pesan dakwah yang hendak disampaikan melalui media massa khususnya elektronika hendaklah bersifat umum dan selintas, karena khalayaknya majemuk (heterogen) dan harus pula diperhatikan kemampuan daya serap rata-rata pendengar atau pemirsa. Yang dimaksud dengan selintas ialah pesan yang dapat dikonsumsi sekali. Apabila da’I mengupas suatu topic secara mendalam, maka sukar ditangkap dan dicerna oleh pendengar atau pemirsanya karena sifat komunikasinya satu arah. Dalam uraian terdahulu telah dinyatakan bahwa kemampuan menyerap melalui sarana pendengaran hanya 11%. Dalam media massa, tidak ada umpan balik (feedback) pada waktu bersamaan.
            Robert K Avery, pakar penyiaran dalam tulisannya “Communication and the Media” membagi tingkat reaksi khalayak dalam 3 tingkatan:
a.       Selective attention pendengar radio atau pemirsa televise yang peduli pada suatu yang menarik baginya.
b.      Selective perception pendengar radio atau pemirsa televise yang punya penafsiran sendiri terhadap pesan yang diterimanya.
c.       Selective retention pendengar radio atau pemirsa televise yang hanya mengingat pesan yang ia perlukan.

C.    Dakwah Melalui Media Radio
Salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan dakwah adalah radio. Hampir seluruh radio siaran yang menyelenggarakan siaran di Indonesia menyajikan informasi, edukasi, dan hiburan. Siaran keagamaan termasuk fungsi edukasi. Dalam sejarahnya, RRI Jakarta ketika kebangkitan Orde Baru, menjadi sangat terkenal dengan acara siaran “Kuliah Shubuh” yang diselenggarakan oleh almarhum Buya Hamka. Kepeloporan kuliah shubuh RRI itu sekarang marak melalui radio siaran swasta, bahkan juga diikuti oleh berbagai TV swasta.
            Dakwah melalui radio dan TV itu cukup efektif karena besarnya jumlah pendengar dan pemirsa yang mengikuti acara kuliah shubuh itu dengan nomen klatur yang beraneka, seperti “Hikmah Fajar”, “Di Ambang Fajar”. Semuanya membawa pesan dakwah yang dibawakan oleh para da’i yang terkemuka. Bentuk acaranya ada yang bersifat dialogis (berbincang-bincang) ada juga yang bersifat monologis (seorang da’I sendirian tampil di corong radio atau di depan kamera televisi).
            Dalam hal ini, da’i sebagai seorang komunikator dalam melakukan aktivitas dakwahnya menyampaikan pesan-pesan ajaran agama (message), harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik radio yang dipergunakan sebagai media untuk menyampaikan pesannya.
Karakteristik radio siaran antara lain:
1.      Sifat siaran radio hanya untuk didengar (audialhearable).
2.      Bahasa yang dipergunakan haruslah bahasa tutur.
3.      Pendengar radio dalam keadaan santai, bisa sambil mengemudi mobil, sambil tiduran, sambil bekerja di kantor dan sebagainya.
4.      Siaran radio mampu mengembangkan daya reka.
5.      Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah.[2]
            Sebagai media komunikasi, radio siaran dapat dikatakan efektif dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi kepada pendengar. Hal ini karena:

1.      Memilik Daya Langsung
Pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung kepada khalayak. Proses penyampaiannya tidak begitu kompleks. Dari ruangan siaran di studio melalui saluran modulasi diteruskan ke pemancar lalu sampai ke pesawat penerima radio. Pesan dakwah langsung diterima dimana saja, di kantor, kamar, sawah, dalam mobil, dan lain-lain. Media radio dapat pula langsung menyiarkan suatu peristiwa, langsung dari tempat kejadian (on the spot reporting). Dewasa ini teknik penyiaran radio semakin maju. Komunikasi langsung antara khalayak dan da’i yang berdakwah di radio dapat dilakukan melalui sistem phone in program. Pendengar menelepon langsung da’i yang sedang mengudara menanggapi atau menanyakan sesuatu kepada da’i yang sedang mengudara menanggapi dan didengar oleh seluruh pendengar “dialog di udara”.
            Pada era sekarang, dakwah dengan menggunakan media radio cukup efektif, mengingat kesibukan masyarakat sekarang sangat padat, maka dakwah melalui radio yang memiliki daya langsung akan menjadikan pesan-pesan dakwah dapat lebih efektif dan bisa diterima serta dimonitor oleh pendengar secara luas.

2.      Memilik Daya Tembus
Siaran radio menjangkau wilayah yang luas. Semakin kuat pemancarnya semakin jauh jaraknya. Pemancar yang bergelombang pendek (short wave) dengan kekuatan 500-1000 KW dengan arah antenna tertentu dapat menjangkau seluruh dunia. Daya tembus radio bisa menjangkau kawasan yang luas, demikian pula jika informasi dakwah disampaikan melalui radio maka pesan-pesan dakwah dapat memiliki daya tembus yang lebih luas jangkauannya.

3.      Memiliki Daya Tarik
Daya Tarik media radio siaran ialah terpadunya suara manusia, suara music dan bunyi tiruan (sound effect) sehingga mampu mengembangkan daya reka pendengarnya. Sebuah sandiwara radio yang dikemas secara baik akan mampu menarik pendengarnya. Berdakwah dengan menggunakan paket produksi sandiwara radio cukup efektif. Banyak sandiwara radio yang berisikan dakwah, antara dalam tahun 1950-an ialah sandiwara radi yang berjudul “Sinar Memancar dari Jabal Nur” karya almarhum penyiar Bahrum Rangkuti.[3]
            Dan saat ini siaran-siaran dakwah yang dikemas sedemikian rupa melalui radio mempunyai daya tarik sendiri bagi pendengarnya. Upaya-upaya inovasi dalam menarik perhatian pendengar radio kiranya harus dilakukan dalam siaran yang bernuansa dakwah islam.
            Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.

D.    Dakwah Melalui Media Televisi
Televisi merupakan salah satu media massa yang mempunyai pengaruh cukup efektif sebagai penyebar pesan-pesan khalayak ramai. Kehadiran televise sebagai media komunikasi bisa membawa dampak positif maupun dampak negative, tergantung bagaimana memanfaatkan media tersebut.
            Media televisi adalah media audio visual yang disebut juga media dengar pandang atau sambil didengar langsung dapat dilihat. Dibandingkan dengan media radio siaran, penanganan produk dan penyiaran media televise jauh lebih rumit dan kompleks dan biaya produksinya pun jauh lebih besar. Berbeda dengan media radio yang menstimulasikan daya reka (imajinasi) pendengarnya, maka media televise bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata. Menyaksikan tayangan televise tidak mungkin sesantai mendengar radio. Kita tidak mungkin menyaksikan TV sambil mengemudikan kendaraan, atau sedang mencangkul di sawah, atau sedang mengetik di kantor. Tapi persamaannya tetap ada, yaitu sifat komunikasinya satu arah bahasa yang digunakan tetap bahasa tutur.
            Seorang da’i yang tampil di depan kamera TV haruslah menyesuaikan diri dengan karakteristik kamera serta pearalatan lain yang menopang suatu produksi audio visual, seperti cahaya (lighting) yang tersorot kewajahnya. Ketidakbiasaan berbicara di depan kamera peralatan studio yang canggih dapat membuat seorang da’i menjadi kikuk. Kekakuan dihadapan kamera membawa dampak tegang dan tidak santai yang berakibat arus pesan komunikasi dakwah yang disampaikan menjadi tersendat-sendat. Da’i yang tampil di depan kamera seyogyanya tidak menggunakan naskah. Kadang-kadang untuk menghindari “kebingungan”. Menghadapi alat-alat siaran yang rumit seorang da’i dibantu dengan idiot board, yaitu pointers yang akan dibahas dituliskan didalam kartu-kartu besar yang berada dihadapan seorang da’i. bagi seorang da’i yang berdakwah di depan kamera televisi, selain mengendalikan fleksibelitas suaranya, tidak kalah penting ialah faktor bahasa tubuh (body language): ekspresi wajahnya dan gerak-gerik anggota tangannya. Penampilan diri didepan kamera memerlukan pula perhatian atas busan yang dikenakan denvam warna yang harus sesuai dan serasi dengan TV warna yang dimiliki oleh pemirsa.
            Dihampir studio TV yang ada, kini menampilkan acara-acara dakwah yang menghadirkan para da’I untuk mengupas kajian-kajian dan tema sesuai dengan kebutuhan. Stasiun televise seperti TVRI, RCTI, Indosiar, SCTV, ANTV, Metro TV, Ar-Rahman TV, dan lain-lain juga menyajikan acara penyampaian pesan-pesan dalam islam atau dakwah dalam beberapa sajian acaranya.
            Da’i yang tampil di depan kamera TV seyogyanya mampu mempersembahkan pribadi yang menyenangkan, suara yang menarik, suara yang wajah yang serasi. Semuanya itu harus diciptakan pribadi orang yang tampil di depan kamera tersebut. Berbicara di depan kamera haruslah dapat membayangkan seolah-olah berbicara akrab dengan seorang di depannya. Janganlah membayangkan di depan penonton yang berdasarkan dalam ruangan. Seorang da’I yang tampil di TV haruslah pula cekatan menyesuaikan diri dengan pergantian kamera. Dengan kemampuan kamera mengambil wajah da’I secara close-up bahkan ekstrim close-up (besar dan sangat besar), maka setiap nuansa “kegugupan” akan cepat terlihat oleh pemirsa.[4]
Dalam hal ini, diperlukan persiapan yang matang bagi seorang da’I untuk melakukan apresiasi dan improvisasi dalam melakukan dakwah di media elektronik. Seorang da’I sebagai komunikator dalam melakukan apresiasi dakwah di media elektronik harus melihat wajah, logis dan tidak dibuat-buat, sehingga penampilannya menjadi menarik, dan berkesan bagi pemirsa.

PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat. Kecepatanya bahkan melebihi kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan dampak sains dan teknologi itu sendiri. Salah satu kemajuan yang begitu pesat pada saat ini sebagai implikasi dari moderenisasi yang ditopang oleh perangkat utamanya yaitu ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia informasi.

Dizaman sekarang ini dakwah tidak hanya cukup disampaikan dengan lisan belaka, yang aktivitasnya hanya dilakukan dari mimbar kemimbar tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa. Sehingga dalam perjalanan menggapai tujuan tabligh, tentunya, perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada mad’u yang homogen maupun heterogen.

Semua media esensialnya adalah mempermudah aktifitas dalam bidang dakwah. Media yang telah banyak bermunculan saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang memliki kecangihan yang luar biasa, tetapi tetap saja memiliki titik lemah sehingga segala kemungkinan akan tetap bisa terjadi.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer: 2006, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Jakarta: Gema Insani Pers, 1996.




[1] Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, hlm. 123.
[2] Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, hlm 125.
[3] Ibid, hlm 126.
[4] Ibid

Tidak ada komentar:

Posting Komentar