Kamis, 04 April 2013

Demi Sebuah Cita-cita

Dan setelah hari kemarin lompat ke hari ini, perubahan mulai makin terasa. Letih otot dan otak berlari bersamaan dengan langkah kaki mungil. Bermula dari detik subuh hingga detik subuh lagi, demi untuk sejumput penghidupan. Sampai akhirnya benturan waktu pun terjadi. Sejenak pikiran tersentak. Akankah semua ini dipaksakan seperti itu atau mulai membagi?

Saat kembali ke tempat berteduh tuk menunda letih ini, kamar adalah tempat yang tepat merentangkan badan, pikiran, dan khayalan. Disana bisa bermimpi, berpikir, dan berkhayal apa yang akan diperbuat esok, lusa, nanti. Seperti hari ini yang dimulai dengan rencana kecil, ada yang tertata, adapula yang terjadi begitu saja. Aku berserah... aku berserah.... Apa yang akan terjadi terjadilah, kecuali hal-hal yang masih bisa dirubah, takdir yang masih bisa diusahakan.

Disinilah kedewasaan ditemukan. Berkenalan dengan seribu masalah, seribu tetes keringat dan air mata, seribu perjuangan. Tak pernah takut menjalani, meski terselip rasa letih disini. Aku tetap melangkah di jalan berduri berlukis pelangi. Biar letih kunikmati saja, asal nanti bisa bahagia.

Oh, mimpi dan cita-cita, dengan apapun kau kukejar. Berlari-lari kecil menujumu. Jangan berada terlalu jauh, agar aku cepat sampai dan mendapatimu. Dan semua orang disisiku beriringan senang. 

Kuminta ini itu pada Allah, Tuhanku. Berharap semuannya diiringi oleh rahmat dan berkahmu ya Rabb...