Tugas dan Tanggung Jawab Front Mahasiswa Nasional
Sebagai Gerakan Massa Demokratis Nasional Di Perkotaan[1]
Pengantar.
Materi berikut ini akan membahas tentang tugas dan
tanggung jawab Front Mahasiswa Nasional sebagai gerakan massa demokratis
nasional, terkait kedudukannya sebagai organisasi massa pemuda mahasiswa di
perkotaan. Tentu tugas dan tanggung jawab ini berdasarkan garis perjuangan
demokratis nasional yang lahir dari karakter masyarakat Indonesia yang Setengah
Jajahan dan Setengah Feodal.
I. Tentang Dasar Perjuangan Pemuda Mahasiswa Dalam
Masyarakat Setengah Jajahan dan Setengah Feodal.
A. Problem Umum dan Khusus Pemuda Mahasiswa
1. Bagaimana Keadaan umum pemuda.
Pemuda digolongkan berdasarkan usia dari 16-30 tahun. Dalam masyarakat
Indonesia, golongan usia pemuda kira-kira berjumlah 82,2 juta jiwa. Usia yang
muda dengan semangat yang bergelora, menempatkan pemuda dengan masa depan yang
cerah, dapat menjadi tenaga produktif yang sangat aktif dalam memajukan bangsa.
Akan tetapi, kenyataan ini berbeda dengan kenyataan yang
dialami oleh pemuda di Indonesia. Persoalan umum yang dihadapi oleh pemuda
adalah tidak berpendidikan dan tidak memiliki lapangan pekerjaan yang layak.
Pemuda Indonesia tidak memiliki masa depan yang cerah. Hal ini dikarenakan
karakter Indonesia sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feudal akibat
dominasi imperialisme dan feodalisme.
2. Hancurnya tenaga produktif Indonesia.
Sebagai negeri setengah jajahan dan setengah feudal akibat
dominasi penindasan imperialisme dan feodalisme, menempatkan kedudukan
Indonesia sebatas menyediakan bahan baku yang sangat melimpah bagi industri
imperialisme, tenaga kerja yang murah, sasaran investasi raksasa, dan pasar yang
luas bagi hasil-hasil industri imperialisme.
Berdasarkan kedudukannya tersebut, penindasan dan penghisapan
di Indonesia dipertahankan dalam bentuk penindasan dan penghisapan yang
primitif, yakni sebatas monopoli atas tanah tanpa membangun industri dasar[2],
sebatas industri manufaktur[3]
yang hanya dapat memproduksi barang jadi. Kenyataan ini telah berdampak pada
hancurnya tenaga produktif di Indonesia. Rakyat Indonesia sebatas ditempatkan
sebagai tenaga kerja dengan upah yang sangat murah untuk memproduksi kebutuhan
bahan baku bagi kepentingan imperialisme. Sementara untuk kebutuhan dalam
negeri Indonesia, dipenuhi dari hasil-hasil produksi imperialis sehingga tidak
pernah dapat melepaskan ketergantungan terhadap imperialisme.
3. Problem Khusus pemuda mahasiswa.
Dominasi imperialisme dan feodalisme yang berdampak pada
kehancuran tenaga produktif rakyat Indonesia, juga berdampak pada pemuda
mahasiswa Indonesia. Akibat dominasi penindasan setengah jajahan dan setengah
feudal tersebut, pemuda mahasiswa ditempatkan dalam sistem pendidikan yang
tidak ilmiah, tidak demokratis, dan tidak mengabdi kepada rakyat.
Hal inilah yang melahirkan berbagai bentuk penindasan yang
dialami oleh pemuda mahasiswa. Seperti mahalnya biaya pendidikan, fasilitas
yang minim, tidak adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi, tidak
adanya jaminan kualitas pendidikan, serta tidak adanya jaminan ketersdiaan
lapangan pekerjaan yang layak.
Biaya pendidikan yang sangat mahal dan terus melambung
tinggi akibat berbagai kebijakan pemerintah seperti BHMN Perguruan Tinggi dan
Badan Hukum Pendidikan, disatu sisi pendapatan rakyat dengan rata-rata yang
sangat rendah dan tidak pernah meningkat, khususnya bagi klas buruh dan kaum
tani, telah menyebabkan semakin banyak rakyat yang kehilangan aksesnya terhadap
pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Sementara
itu, biaya pendidikan yang mahal, tidak diikuti dengan fasilitas layak yang
memadai sehingga tidak mampu memajukan kualitas pendidikan. Beberapa kampus
besar yang memiliki fasilitas yang cukup layak dan memadai, bukan dalam upaya
untuk memajukan kualitas pendidikan, melainkan untuk sebatas melegalkan
kenaikan biaya pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari bertambahnya fasilitas
yang pasti diikuti dengan naiknya biaya pendidikan. Demikian halnya dengan
tidak adanya jaminan kebebasan berekspresi dan berorganisasi bagi mahasiswa
yang telah menjerumuskan mahasiswa pada budaya pasif, tidak ilmiah, yang tidak
mampu menjawab persoalan-persoalan rakyat. Ditambah lagi, setelah lulusan
pendidikan, tidak ada jaminan lapangan pekerjaan yang layak dan memadai
sehingga berdampak pada semakin meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan.
Hal ini semua dilakukan oleh imperialis dan feodalisme
melalui berbagai kebijakan pemerintahan kaki tanganya, karena tidak ada
kepentingan mereka untuk menjadikan rakyat Indonesia sebagai tenaga produktif
yang mampu memajukan bangsa Indonesia sehingga mampu melepaskan segala bentuk
ketergantungan terhadap imperialisme. Sebaliknya, rakyat Indonesia sebatas
diorientasikan untuk menjadi tenaga kerja murah pada perusahaan-perusahaan
imperialisme dan kaki tangannya yang sesuai dengan perkembangan Indonesia
sebagai Negara setengah jajahan dan setengah feudal.
[1] Disampaikan pada pendidikan Anggota Front Mahasiswa Nasional
Persiapan Cabang Kupang. Kupang, 26 – 28 Februari 2010.
[2] Industri dasar adalah industri dengan teknologi canggih yang dapat
memproduksi mesin, industri yang mampu melahirkan industri, seperti industri
baja, nuklir, dan sebagainya. Tidak adanya industri dasar di Indonesia yang memyebabkan
tidak bisa terbangun dan berkembangnya industri nasional di Indonesia.
[3] Industri manufaktur adalah industri yang sebatas mengolah bahan
baku menjadi barang konsumsi. Karena kedudukannya tersebut, industri manufaktur
sebatas berhubungan dengan teknologi yang sederhana. Industri-industri yang
dikatakan cukup canggih/modern di Indonesia, seperti industri elektronik,
kendaraan bermotor, dan beberapa lainnya, hanya terbatas pada perakitan dengan
bahan baku tetap berorientasi impor dari industri imperialis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar