Pada hakikatnya, manusia adalah
makhluk paling sempurna yang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Selain
itu, manusia juga memiliki banyak kekurangan diantaranya tamak, rakus, egois,
dan lain sebagainya. Perilaku menyimpang kerap terjadi pada diri manusia, mulai
dari kalangan anak-anak, remaja, hingga dewasa. Hal itu tak luput dari pengaruh
di lingkungan sekitar. Dikisahkan sebuah keluarga yang sejatinya ayah merupakan
tulang punggung serta panutan di dalam keluarga, tetapi malah berperilaku
menyimpang akibat menjadi konsumen narkoba.
Narkoba adalah salah satu pembunuh
terbesar di dunia. Tidak hanya merugikan diri sendiri, juga orang-orang
sekitarnya terutama keluarga. Tadinya keluarga ini merupakan keluarga berkecukupan
yang bahagia terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak kembar perempuan dan
laki-laki. Hanya karena narkoba, keluarga ini menjadi broken home. Tidak sedikit biaya yang dihabiskan untuk membeli
narkoba, harta banyak habis terjual dan ayah pun berhenti bekerja. Ayah sangat
jarang pulang ke rumah. Berhentinya ayah bekerja menyebabkan ibu harus
menggantikan posisinya untuk mencari nafkah.
Karena kesibukan ibunya, anak-anak
menjadi terlantar, akibatnya dampak psikologi mereka memburuk. Kurangnya perhatian,
membuat anak-anak yang masih duduk di kelas empat sekolah dasar ini jadi
seorang pembolos dan lebih sering bermain di lingkungan yang bebas. Lama-kelamaan
mereka terpengaruh lingkungan buruk dan menjadi liar.
Ibu
sangat menyayangkan semua hal ini. Ia segera berencana dan berupaya untuk
mengembalikan keutuhan dan kebahagiaan keluarga mereka. Selain bekerja sebagai
buruh cuci dari rumah ke rumah hingga sore hari, ibu juga menyempatkan diri mengikuti
majelis dan pengajian di masjid. Ini dilakukan untuk memantapkan ilmu keagamaan,
bekal yang akan diberikan kepada suami dan anak-anaknya.
Ayah jarang pulang
kerumah dikarenakan setiap hari berjudi dan menginap di hotel untuk
berpoya-poya dan bermain wanita. Bila pulang kerumah, ayah hanya marah-marah, tidak
jarang terjadi kekerasan. Ayah merampas
hak dan memaksa mengambil uang ibu. Namun, ibu tidak patah arang, hal ini
dijadikannya cambuk untuk memperkuat iman dan keinginannya. Ibu mempelajari
tentang narkoba, bahaya dan dampaknya terhadap semua hal. Dan karena ibu pun
mengalami langsung perbuatan ayah yang tidak mengenakkan terhadap dirinya
akibat narkoba, maka hal ini dijadikan contoh kepada semua orang bahwa betapa meruginya
narkoba itu.
Hal ini membuat ibu bersemangat dan menyempatkan waktu senggang untuk
melakukan penyuluhan tentang narkoba di kalangan rumah dan masjid dalam suatu
majelis. Tidak sedikit orang yang pro dan mengapresiasi kegiatan ibu tersebut.
Satu
tahun sudah dilewati semenjak ayah bersentuhan dengan barang haram tersebut. Selama
itu pula anak-anak sudah mulai menyadari bahwa tindakan yang mereka ambil
selama ini bukan sebagai pemecahan masalah malah sebaliknya. Akhirnya mereka
menyesal dan kembali kepangkuan ibu, seorang wanita yang senantiasa memberikan
nasihat dan perhatian kepada anak-ananknya disela-sela waktu senggangnya
dirumah, meskipun itu hanya di malam hari. Tidak putus ibu selalu berdoa dan
berharap agar suami dan anak-anaknya dapat melewati ujian keimanan tersebut.
Perlahan
anak-anak mulai meninggalkan kebiasaan buruk mereka dan menjauhi lingkungan
yang tidak baik itu. Sekarang mereka telah berbakti kepada ibunya, menjalani
kehidupan sekolah dengan baik, mengurus dan membantu semua pekerjaan ibu
dirumah, dan secara perlahan pula mereka belajar memperdalam ilmu agama. Usaha
ibu tidak sia-sia, satu masalah telah terselesaikan mengenai perilaku
menyimpang anak-anaknya. Kini ibu memiliki mereka untuk bekerja sama mengajak
ayah kembali ke jalan yang benar. Namun hal ini tak semudah membalikkan telapak
tangan.
Setiap pulang ke rumah, seperti biasa ayah menunjukkan perilaku yang
kurang menyenangkan bahkan di depan kedua anaknya. Ibu selalu berusaha
menasihati dan menyadarkan ayah untuk berhenti menyentuh barang haram itu lagi.
Anak-anak pun ikut berbicara namun sama sekali tidak digubris oleh ayah, malah
ia memarahi anak-anaknya. Sampai pernah suatu hari ibu memegang erat kaki ayah
agar tidak pergi keluar rumah untuk berpoya-poya dan berpesta pora dengan
wanita dan narkoba, tetapi ibu malah ditendang dan dimarahi ayah. Untungnya hal
itu tidak disaksikan oleh kedua anak mereka. Semua itu tetap tidak mematahkan
keinginan mereka untuk terus maju dan merubah segalanya menjadi lebih baik,
demi ayah tercinta.
Di
suatu malam, ayah pulang kerumah, ia mendapati istri dan kedua anaknya sedang
salat isya berjamaah di kamarnya. Seketika itu juga ayah terpaku di depan pintu
kamar memandangi ketiganya. Ayah mendengar mereka berdoa, dan di setiap untaian
doa terdapat keinginan tulus untuk mengajak ayah kembali ke jalan yang benar,
menjadi panutan yang baik untuk keluarga, membimbing istri dan anak-anak di
jalan Allah. Kerasnya hati bercampur dengan perasaan haru dan sesal yang
sedikit demi sedikit meluluhkannya. Secara tidak sadar ayah meneteskan air mata
di pipinya, sepertinya hatinya tergugah. Kemudian ayah langsung masuk ke dalam kamar
dan bersujud dihadapan istrinya. Ayah meminta maaf, menangis, dan menyesali
perbuatannya selama ini. Ketiganya pun ikut menangis dan langsung memeluk erat ayah,
serta berterima kasih kepada Allah yang telah membukakan hati beliau.
Semenjak
itu, dibukalah lembaran baru dikehidupan keluarga mereka. Ibu tetap bekerja dan
mengurus anak-anak dirumah sedangkan ayah kini menjalani rehabilitasi dengan
dibiayai salah seorang kakak ayah yang hidupnya mapan. Hal ini dilakukan berkat
rasa syukur karena adiknya ingin berubah menjadi manusia yang lebih baik dan meninggalkan
narkoba. Enam bulan kemudian, ibu berhenti bekerja dan benar-benar menjadi ibu
rumah tangga seutuhnya yang hanya mengurus anak-anak dirumah, sedangkan ayah bekerja
di perusahaan swasta di kota mereka tinggal, dan ia benar-benar telah terlepas
dari jeratan narkoba.
Dapat dipetik hikmah, bahwasanya keinginan dan tekad yang
kuat, serta doa dan usaha yang tulus membuahkan hasil sesuai harapan, merubah
kesengsaraan menjadi kebahagiaan. Kejahatan, kekurangan manusia, dan perilaku
menyimpang dapat diatasi dengan niat yang ikhlas dan bersungguh-sungguh untuk
merubahnya. Tidak menutup kemungkinan Allah memberikan kemudahan didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar