Jumat, 31 Agustus 2012

DAKWAH MELALUI MEDIA ELEKTRONIK

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
            Komunikasi yang paling efektif ialah komunikasi tatap muka (face to face communication) Dalam komunikasi tatap muka terjadi saling silang antara komunikator dan komunikan. Aspek dialogis sangat efektif untuk sampainya pesan komunikasi. Berdakwah yang bersifat orang perorang sangat efektif dalam menyampaikan pesan komunikasi. Berdakwah orang perorang (one to one communication) sangat efektif karena seorang da’i berkomunikasi sangat sederhana. Tidak perlu dibantu sarana. Pesan verbal dan nonverbal menyatu pada diri seorang da’i. Pada masa awal perjuangan islam, ketika Rasulullah menyampaikan wahyu Allah kepada umat, komunikasi yang dipergunakan ialah komunikasi orang perorang. Ajaran islam disampaikan langsung kepada orang perorang bahkan dalam situasi yang silent, dan hasilnya sangat efektif. Seorang demi seorang menjadi pengikut Rasulullah dimulai dari Siti Khadijah (istri), sahabat beliau Abu Bakar Ash-Shiddiq, menyusul yang lain-lain.
            Dari (one to one communication) dakwah islam ini berlanjut pada kelompok kecil (small group) diantara para sahabat. Dan pada dekade berikutnya, ketika islam disebarkan secara terbuka, komunikasi dakwah Rasulullah tiba kepada kelompok besar (large group communication). Komunikasi interpersonal itu masih bersifat komunikasi tatap muka. Setelah perkembangan teknologi komunikasi semakin berkembang, seperti telepon, radio, televisi, komunikasi satelit, dan alat cetak komunikasi interpersonal itu berkembang pula dengan mempergunakan sarana-sarana komunikasi mutakhir tersebut. Media elektronika dan media cetak dipergunakan untuk berkomunikasi dengan massa. Media elektronik meliputi media radio, media televise, media film. Media cetak, seperti surat kabar, majalah, bulletin, dan pamphlet. Media elektronika dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan massa disamping berkomunikasi dengan nonmassa atau nirmassa, yaitu khalayak yang terbatas, seperti penggunaan Overhead Projector (OHP), slide projector dalam kelas belajar, atau penggunaan Closed Circuit Television (CCTV) dalam pesta-pesta, penggunaan Citizen Band (CB) yang sifatnya interpersonal.
            Dalam arus modernisasi ini, para da’i harus mampu menyesuaikan diri dengan mempergunakan serta memanfaatkan media itu. Di Negara-negara Barat, banyak dijumpai radio atau televisi siaran yang mempunyai misi religious dan diselenggarakan oleh perkumpulan keagamaan. Di Filipina banyak dijumpai, radio dan TV siaran yang membawa misi Khatolik atau zending protestan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah karakteristik media massa?
2.      Bagaimana pemanfaatan media elektronik untuk dakwah?
3.      Bagaimanakah dakwah melalui media radio?
4.      Bagaimanakah dakwah melalui media televise?

PEMBAHASAN

A.    Karakteristik Media Massa
Perkembangan media massa berawal pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi decade 1970 an dan masuknya zaman industrialisasi Negara-negara Barat yang akhirnya sedikit banyak membantu terbitnya surat kabar, radio, televise dan lain-lain.
            Baik media massa surat kabar, radio maupun televise pada umumnya memiliki karakteristik khusus, yaitu massal. Massal dalam arti adalah seluruh berita yang dibuat oleh media massa tidak bersifat pribadi, akan tetapi lebih dikonsentrasikan kepada masyarakat umum. Dalam rangka menerapkan pemasangan beberapa perusahaan yang bergerak di bidang media massa cenderung pula mensegmentasikan pasar bagi produknya. Belum lagi adanya banjir teknologi yang juga membuka banjir informasi era satelit seperti adanya perkembangan teknologi internet, sehingga jarak ruang dan waktu menjadi tidak ada masalah. Penggunaan internet ini juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan media massa lainnya seperti televise, radio maupun surat kabar.
            Aplikasi internet dewasa ini di bidang surat kabar, misalnya untuk penerapan sistem cetak jarak jauh, radio untuk penerapan komunikasi interaktif, sedangkan di dunia televise banyak sekali yang disumbangkan mulai dari transfer data hingga penggunaan televisi interaktif, yang kesemuanya menjalin hubungan komunikasi dua arah secara langsung. Internet sendiri berkembang demikian pesatnya tidak mau kalah dengan media massa yan lahir lebih dahulu. Dunia internet telah merambah mulai dari berita actual (terbaru dan terlengakap), iklan yang mendunia, hingga kontak langsung jarak jauh dengan biaya yang relatif murah.
            Perkembangan teknologi informasi yang mendukung media massa juga mempunyai dampak positif dan negatif. Segi positifnya adalah jarak ruang dan waktu bukan menjadi penghalang bagi terselenggaranya berita yang actual, dan informasi cenderung didapat secara lebih cepat di era globalisasi. Dalam era globalisasi media massa dan informasi, dunia menyaksikan peranan telekomunikasi dan media elektronik yang sangat fantastic. Dunia semakin menjadi cosmopolitan dan manusia saling mempengaruhi dalam berbagai hal perilaku, Tentu saja arus globalisasi tidak berdiri sendiri, melainkan ditemani oleh perdagangan (globalisasi pasar) dan lain sebagainya.

B.     Pemanfaatan Media Elektronik Untuk Dakwah
Tidak bisa dipungkiri bahwa media elektronik merupakan media yang efektif dalam menyampaikan pesan-pesan –dalam hal ini pesan keagamaan- kepada khalayak penerima dakwah. Pada era sekarang ini, media elektronik dalam hal ini stasiun televise, sangat efektif media untuk menyampaikan pesan-pesan kepada khalayak ramai. Oleh karena itu, dakwah juga bisa disampaikan melalui media elektronik ini, agar pesan-pesan dakwah bisa diterima secara efektif.
            Ciri utama media massa elektronika ialah keserempakan (simultanitas). Sebuah media elektronika disebut media massa apabila khalayak secara serempak bersama-sama menyarap pesan yang sama yang dikomunikasikan oleh sebuah stasiun penyiaran pada saat yang sama. Dalam hal ini, karakteristik media massa elektronik berbeda dengan media massa yang lain, karena masing-masing media mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

1.      Karakteristik Da’i sebagai Komunikator di Media Massa
Da’i yang menggunakan media massa sebagai sarana dakwahnya harus menyadari bahwa dia terikat pada sistem kekerabatan (kru produksi) yang merupakan dasar utama media massa. Kegiatan komunikasi dalam sistem kekerabatan itu teroganisasi dalam suatu manajemen penyiaran yang kompleks, yang menyangkut:
a.       Pembagian tugas ekstensif professional di berbagai keahlian, seperti ahli pemancar, ahli peralatan studio, ahli dekorasi, ahli tata rias, dan ahli kamera.
b.      Biaya yang cukup besar.
c.       Terikat pada sistem atau kebijaksanaan yang berlaku dalam suatu stasiun penyiaran.
d.      Komunikasinya bersifat satu arah (one way communication).[1]

2.      Karakteristik Khalayak sebagai Komunikasi di Media Massa
Komunikasi media massa ditunjukkan kepada masyarakat yang luas: heterogen dan anonim. Lebih luas lagi daripada komunikasi tatap muka dalam kelompok besar (large group communication). Khalayak disebut luas apabila komunikasi disampaikan kepada sekumpulan individu yang beragam dalam tingkat pendidikan, beragam status sosial ekonominya, dan beragam tempat tinggalnya.
Dalam majelis, seorang da’I masih dapat memonitor tanggapan para jamaah melalui sikap mereka, ekspresi mereka, gumaman mereka atau tangan mereka, juga “ejekan” mereka. Tetapi hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh seseorang da’I ketika dia menggunakan media massa.

3.      Karakteristik Pesan dalam Dakwah Melalui Media Massa
Pesan dakwah yang hendak disampaikan melalui media massa khususnya elektronika hendaklah bersifat umum dan selintas, karena khalayaknya majemuk (heterogen) dan harus pula diperhatikan kemampuan daya serap rata-rata pendengar atau pemirsa. Yang dimaksud dengan selintas ialah pesan yang dapat dikonsumsi sekali. Apabila da’I mengupas suatu topic secara mendalam, maka sukar ditangkap dan dicerna oleh pendengar atau pemirsanya karena sifat komunikasinya satu arah. Dalam uraian terdahulu telah dinyatakan bahwa kemampuan menyerap melalui sarana pendengaran hanya 11%. Dalam media massa, tidak ada umpan balik (feedback) pada waktu bersamaan.
            Robert K Avery, pakar penyiaran dalam tulisannya “Communication and the Media” membagi tingkat reaksi khalayak dalam 3 tingkatan:
a.       Selective attention pendengar radio atau pemirsa televise yang peduli pada suatu yang menarik baginya.
b.      Selective perception pendengar radio atau pemirsa televise yang punya penafsiran sendiri terhadap pesan yang diterimanya.
c.       Selective retention pendengar radio atau pemirsa televise yang hanya mengingat pesan yang ia perlukan.

C.    Dakwah Melalui Media Radio
Salah satu media yang dapat digunakan dalam kegiatan dakwah adalah radio. Hampir seluruh radio siaran yang menyelenggarakan siaran di Indonesia menyajikan informasi, edukasi, dan hiburan. Siaran keagamaan termasuk fungsi edukasi. Dalam sejarahnya, RRI Jakarta ketika kebangkitan Orde Baru, menjadi sangat terkenal dengan acara siaran “Kuliah Shubuh” yang diselenggarakan oleh almarhum Buya Hamka. Kepeloporan kuliah shubuh RRI itu sekarang marak melalui radio siaran swasta, bahkan juga diikuti oleh berbagai TV swasta.
            Dakwah melalui radio dan TV itu cukup efektif karena besarnya jumlah pendengar dan pemirsa yang mengikuti acara kuliah shubuh itu dengan nomen klatur yang beraneka, seperti “Hikmah Fajar”, “Di Ambang Fajar”. Semuanya membawa pesan dakwah yang dibawakan oleh para da’i yang terkemuka. Bentuk acaranya ada yang bersifat dialogis (berbincang-bincang) ada juga yang bersifat monologis (seorang da’I sendirian tampil di corong radio atau di depan kamera televisi).
            Dalam hal ini, da’i sebagai seorang komunikator dalam melakukan aktivitas dakwahnya menyampaikan pesan-pesan ajaran agama (message), harus memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan karakteristik radio yang dipergunakan sebagai media untuk menyampaikan pesannya.
Karakteristik radio siaran antara lain:
1.      Sifat siaran radio hanya untuk didengar (audialhearable).
2.      Bahasa yang dipergunakan haruslah bahasa tutur.
3.      Pendengar radio dalam keadaan santai, bisa sambil mengemudi mobil, sambil tiduran, sambil bekerja di kantor dan sebagainya.
4.      Siaran radio mampu mengembangkan daya reka.
5.      Siaran radio hanya bersifat komunikasi satu arah.[2]
            Sebagai media komunikasi, radio siaran dapat dikatakan efektif dalam menyampaikan pesan-pesan komunikasi kepada pendengar. Hal ini karena:

1.      Memilik Daya Langsung
Pesan dakwah dapat disampaikan secara langsung kepada khalayak. Proses penyampaiannya tidak begitu kompleks. Dari ruangan siaran di studio melalui saluran modulasi diteruskan ke pemancar lalu sampai ke pesawat penerima radio. Pesan dakwah langsung diterima dimana saja, di kantor, kamar, sawah, dalam mobil, dan lain-lain. Media radio dapat pula langsung menyiarkan suatu peristiwa, langsung dari tempat kejadian (on the spot reporting). Dewasa ini teknik penyiaran radio semakin maju. Komunikasi langsung antara khalayak dan da’i yang berdakwah di radio dapat dilakukan melalui sistem phone in program. Pendengar menelepon langsung da’i yang sedang mengudara menanggapi atau menanyakan sesuatu kepada da’i yang sedang mengudara menanggapi dan didengar oleh seluruh pendengar “dialog di udara”.
            Pada era sekarang, dakwah dengan menggunakan media radio cukup efektif, mengingat kesibukan masyarakat sekarang sangat padat, maka dakwah melalui radio yang memiliki daya langsung akan menjadikan pesan-pesan dakwah dapat lebih efektif dan bisa diterima serta dimonitor oleh pendengar secara luas.

2.      Memilik Daya Tembus
Siaran radio menjangkau wilayah yang luas. Semakin kuat pemancarnya semakin jauh jaraknya. Pemancar yang bergelombang pendek (short wave) dengan kekuatan 500-1000 KW dengan arah antenna tertentu dapat menjangkau seluruh dunia. Daya tembus radio bisa menjangkau kawasan yang luas, demikian pula jika informasi dakwah disampaikan melalui radio maka pesan-pesan dakwah dapat memiliki daya tembus yang lebih luas jangkauannya.

3.      Memiliki Daya Tarik
Daya Tarik media radio siaran ialah terpadunya suara manusia, suara music dan bunyi tiruan (sound effect) sehingga mampu mengembangkan daya reka pendengarnya. Sebuah sandiwara radio yang dikemas secara baik akan mampu menarik pendengarnya. Berdakwah dengan menggunakan paket produksi sandiwara radio cukup efektif. Banyak sandiwara radio yang berisikan dakwah, antara dalam tahun 1950-an ialah sandiwara radi yang berjudul “Sinar Memancar dari Jabal Nur” karya almarhum penyiar Bahrum Rangkuti.[3]
            Dan saat ini siaran-siaran dakwah yang dikemas sedemikian rupa melalui radio mempunyai daya tarik sendiri bagi pendengarnya. Upaya-upaya inovasi dalam menarik perhatian pendengar radio kiranya harus dilakukan dalam siaran yang bernuansa dakwah islam.
            Salah satu hal yang menjadi daya tarik bagi dakwah melalui radio adalah hadirnya musik. Tidak sedikit orang mendengarkan radio dengan motifasi mencari hiburan atau mendengarkan musik. Maka dari itulah petugas yang berurusan langsung dengan radio siaran berusaha agar segala macam program selalu ada nuansa hiburan didalamnya.

D.    Dakwah Melalui Media Televisi
Televisi merupakan salah satu media massa yang mempunyai pengaruh cukup efektif sebagai penyebar pesan-pesan khalayak ramai. Kehadiran televise sebagai media komunikasi bisa membawa dampak positif maupun dampak negative, tergantung bagaimana memanfaatkan media tersebut.
            Media televisi adalah media audio visual yang disebut juga media dengar pandang atau sambil didengar langsung dapat dilihat. Dibandingkan dengan media radio siaran, penanganan produk dan penyiaran media televise jauh lebih rumit dan kompleks dan biaya produksinya pun jauh lebih besar. Berbeda dengan media radio yang menstimulasikan daya reka (imajinasi) pendengarnya, maka media televise bersifat realistis, yaitu menggambarkan apa yang nyata. Menyaksikan tayangan televise tidak mungkin sesantai mendengar radio. Kita tidak mungkin menyaksikan TV sambil mengemudikan kendaraan, atau sedang mencangkul di sawah, atau sedang mengetik di kantor. Tapi persamaannya tetap ada, yaitu sifat komunikasinya satu arah bahasa yang digunakan tetap bahasa tutur.
            Seorang da’i yang tampil di depan kamera TV haruslah menyesuaikan diri dengan karakteristik kamera serta pearalatan lain yang menopang suatu produksi audio visual, seperti cahaya (lighting) yang tersorot kewajahnya. Ketidakbiasaan berbicara di depan kamera peralatan studio yang canggih dapat membuat seorang da’i menjadi kikuk. Kekakuan dihadapan kamera membawa dampak tegang dan tidak santai yang berakibat arus pesan komunikasi dakwah yang disampaikan menjadi tersendat-sendat. Da’i yang tampil di depan kamera seyogyanya tidak menggunakan naskah. Kadang-kadang untuk menghindari “kebingungan”. Menghadapi alat-alat siaran yang rumit seorang da’i dibantu dengan idiot board, yaitu pointers yang akan dibahas dituliskan didalam kartu-kartu besar yang berada dihadapan seorang da’i. bagi seorang da’i yang berdakwah di depan kamera televisi, selain mengendalikan fleksibelitas suaranya, tidak kalah penting ialah faktor bahasa tubuh (body language): ekspresi wajahnya dan gerak-gerik anggota tangannya. Penampilan diri didepan kamera memerlukan pula perhatian atas busan yang dikenakan denvam warna yang harus sesuai dan serasi dengan TV warna yang dimiliki oleh pemirsa.
            Dihampir studio TV yang ada, kini menampilkan acara-acara dakwah yang menghadirkan para da’I untuk mengupas kajian-kajian dan tema sesuai dengan kebutuhan. Stasiun televise seperti TVRI, RCTI, Indosiar, SCTV, ANTV, Metro TV, Ar-Rahman TV, dan lain-lain juga menyajikan acara penyampaian pesan-pesan dalam islam atau dakwah dalam beberapa sajian acaranya.
            Da’i yang tampil di depan kamera TV seyogyanya mampu mempersembahkan pribadi yang menyenangkan, suara yang menarik, suara yang wajah yang serasi. Semuanya itu harus diciptakan pribadi orang yang tampil di depan kamera tersebut. Berbicara di depan kamera haruslah dapat membayangkan seolah-olah berbicara akrab dengan seorang di depannya. Janganlah membayangkan di depan penonton yang berdasarkan dalam ruangan. Seorang da’I yang tampil di TV haruslah pula cekatan menyesuaikan diri dengan pergantian kamera. Dengan kemampuan kamera mengambil wajah da’I secara close-up bahkan ekstrim close-up (besar dan sangat besar), maka setiap nuansa “kegugupan” akan cepat terlihat oleh pemirsa.[4]
Dalam hal ini, diperlukan persiapan yang matang bagi seorang da’I untuk melakukan apresiasi dan improvisasi dalam melakukan dakwah di media elektronik. Seorang da’I sebagai komunikator dalam melakukan apresiasi dakwah di media elektronik harus melihat wajah, logis dan tidak dibuat-buat, sehingga penampilannya menjadi menarik, dan berkesan bagi pemirsa.

PENUTUP

Kesimpulan
Perkembangan sains dan teknologi pada saat ini diakui begitu cepat. Kecepatanya bahkan melebihi kemampuan manusia dalam menyesuaikan diri dengan dampak sains dan teknologi itu sendiri. Salah satu kemajuan yang begitu pesat pada saat ini sebagai implikasi dari moderenisasi yang ditopang oleh perangkat utamanya yaitu ilmu pengetahuan dan tekhnologi dalam dunia informasi.

Dizaman sekarang ini dakwah tidak hanya cukup disampaikan dengan lisan belaka, yang aktivitasnya hanya dilakukan dari mimbar kemimbar tanpa bantuan alat-alat modern yang sekarang terkenal dengan sebutan alat-alat komunikasi massa. Sehingga dalam perjalanan menggapai tujuan tabligh, tentunya, perlu suatu media sebagai perantara untuk menyampaikan pesan kepada mad’u yang homogen maupun heterogen.

Semua media esensialnya adalah mempermudah aktifitas dalam bidang dakwah. Media yang telah banyak bermunculan saat ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada yang memliki kecangihan yang luar biasa, tetapi tetap saja memiliki titik lemah sehingga segala kemungkinan akan tetap bisa terjadi.



DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Anas, Paradigma Dakwah Kontemporer: 2006, Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Amin, Samsul Munir, Ilmu Dakwah, Jakarta: Amzah, 2009.
Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, Jakarta: Gema Insani Pers, 1996.




[1] Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, hlm. 123.
[2] Djamalul Abidin Ass, Komunikasi dan Bahasa Dakwah, hlm 125.
[3] Ibid, hlm 126.
[4] Ibid
Dear Deka, insan manusia yang
luar biasa...

Keadaan terpuruk bukanlah buruk, bila
dihadapi dengan tenang, dan bijak
serta berjuang terus pantang mundur,
dan diiringi doa yang tulus!
Setiap tantangan dan rintangan adalah
cambuk untuk memotivasi kita mencapai
kemajuan dan kemenangan.

Pepatah mengatakan:

 "Kehidupan bukanlah jalan yang lurus
dan mudah dilalui di mana kita bisa
bepergian bebas tanpa halangan.
Kehidupan seringkali berupa
jalan-jalan sempit yang menyesatkan,
di mana kita harus mencari jalan,
tersesat dan bingung! Sering rasanya
sampai pada jalan tak berujung.
Namun, jika kita punya keyakinan
Kepada Sang Maha Pemilik Kehidupan,
pintu pasti akan dibukakan untuk
kita. Mungkin bukan pintu yang selalu
kita inginkan, namun pintu yang
akhirnya akan terbukti, terbaik untuk
kita!" - A.J. Cronin
Dear Deka,

Saat kita menjelang dewasa, hidup
memang tidak selalu indah.
Lihatlah, langit pun tak selalu cerah,
suram malam kadang tak berbintang.
Itulah lukisan alam. Itulah aturan
Tuhan.
Hidup adalah belajar. Belajar untuk
menyelesaikan setiap teka-teki yang
sudah disiapkan oleh-Nya untuk kita.
Yang terpenting adalah, dalam kondisi
apapun, lakukanlah selalu yang
terbaik yang kita bisa.
Seberat apapun masalahmu kawan,
sekelam apapun beban dalam hidupmu,
janganlah engkau berlari, apalagi
sembunyi!
Temuilah Dia dengan lapang dada dan
bersihnya hati. Yakinlah, dengan
KESABARAN, kita akan bisa bertahan
dari segala badai cobaan.
Saat engkau mendapati masalah,
yakinlah, sebenarnya engkau tengah
dipersiapkan-NYA tuk menjadi sosok
yang tegar & berani.
/////////////////////////////////////////

Kamis, 23 Agustus 2012

Camera is my dream for now, When can I get it?


 Just info :

Mengapa Kamera DSLR CANON Lebih diminati dari NIKON



Mengapa Kamera DSLR Canon Lebih diminati dari NIKON, mari kita cari alasan nya dan kita cari tau kenapa canon lebih diminati. (CANON VS NIKON).
Berhubung dunia photography berkembang begitu pesat dan banyak yang pengen belajar dan bingung dengan memilih kamera DSLR yang tepat, jadi tidak ada salahnya kita saling berbagi informasi atau share seputar dunia photography dan kali ini saya membahas tentang Mengapa Kamera DSLR Canon Lebih diminati dari Nikon.
Terus terang pada saat saya menyukai photography pertama kamera yang saya gunakan adalah Nikon Manual yang masih menggunakan film rool dan pada saat memasuki era digital kamera yang saya pakai pun Tetap Nikon, yang pertama saya Punya DSLR NIKON D70s hanya 6 Mega Pixel.
Jadi, Mari Kita Cari tau perbedaan nya dan kita kupas CANON VS NIKON.

Pada saat orang pengen belajar photography pasti bingung memilih kamera DSLR yang tepat  anata dua merek terkemuka NIKON dan CANON, jadi bagaimana NIKON apa CANON?

OK, langsung saja ke pokok pembahasan.
Canon: Selain menu Setting nya lumayan lengkap canon juga memiliki banyak pilihan lensa, selain lensa lumayan terjangkau dan banyak pilihan tidak masalah buat anda yang baru belajar photography memilih kamera yang lumayan murah untuk pemula yaitu CANON 1000D, 450D, 500D atau 550D,  Untuk jenis Kamera di atas Resolusi Paling Tinggi 18 mp.
Untuk kelas menengah ke atas, menurut saya bisa nyoba pakai 40D, 50D, 7D, atau 5D. .Harga ga bohong kok, meskipun kualitas gambar yang baik itu juga tergantung pada lensanya.
Nikon:Untuk yang baru belajar photography cukup menggunakan, D3000. D3100, D5000. Tapi, menurut saya untuk yang baru belajar dan dengan dana yang pas-pasan, saya rasa jangan menggunakan nikon. Alasanya, Karena type kamera NIKON D3000. D3100, D5000 tidak  memiliki motor di bodynya, sehingga auto focus tidak bekerja Pada Lensa Jenis AF-D sehingga harus menggunakan manual fokus dan dari segi resolusi gambar pun hanya paling tinggi 16.2 mp.
Untuk kelas yang canggih, misalnya D300s, D7000 auto fokusnya bekerja sangat baik. Pengendalian noise pada ISO tinggi sangat bagus cocok digunakan pada ruangan gelap. 
Secara umum banyak orang yang beranggapan bahwa Canon itu lebih cocok untuk foto wedding atau portrait, dikarenakan lebih lembut. Dan Nikon lebih disukai untuk foto landscape, karena lebih detail. Namun tidak ada batasan kok untuk mengeksplorasi keunikan kamera masing-masing, karena lensa juga sangat menentukan dari hasilnya.
Jadi Setelah Anda membaca di atas pasti udah tau yang mana yang anda pilih dan alasan kenapa kamera CANON lebih diminati dari NIKON Kesimpulan dari segi Lensa, Harga, Resolusi dan Kualitas.
Sekarang Tentukan Pilihan Anda,,,sukses buat anda…
 http://resetmania.blogspot.com/2012/01/mengapa-kamera-dslr-canon-lebih.html

Pretty Nagita !^^

Nagita slavina artis yang lahir pada jakarta, 17 februari 1988 adalah bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, bahkan menjadi penyanyi...

Pemilik nama lengkap Nagita Slavina Maria Tengker ini memulai karirnya sebagai model iklanpembersih wajah biore anti acne pada tahun 2000. "gigi" sapaan akrabnya juga banyak membintangi sinetron indonesia diantaranya
"inem si pelayan slebor", "cinta 100 hari", "Ramalan viczy".. dan masih banyak lagi. gigi juga menjadi co-executive producer di salah satu rumah produksi mamanya yaitu pt.frame ritz. dibawah ini saya kasih biodata lengkap dari nagita slavina maria tengker ini...


-BIODATA-

  • Nama : Nagita Slavina
  • Nama lengkap : Nagita Slavina Maria Tengker
  • TTL : Jakarta, 17 februari 1988
  • Nama Ayah : Gideon Tengker
  • Nama Ibu : Rita Amalia
 http://profilseleb.blogspot.com/2008/10/nagita-slavina.html



Deka Riti

My blog is all around of me ^^


Rabu, 22 Agustus 2012

Naruni

“Hei! Tatap mataku dan katakan jika memang kau tidak mencintaiku lagi”.
“Aku tidak mencintaimu lagi!” Sambil menatap tajam mataku.
“Enyahlah kau dari hadapanku!”
“Ya, itu mauku! Dan asal kau tahu, aku telah memiliki pacar baru yang lebih darimu dari segi apapun.”
“Aku tak peduli, kita lihat saja nanti bagaimana aku!”
“Aku tahu bagaimana kau nanti, pasti akan menangisiku berhari-hari kan?”
“Enak saja, siapa kau! Mulai detik ini perasaanku hilang untukmu!”
“Dan sejak saat bertemu Naruni, perasaanku memang tidak ada untuknya!”
“Kau jahat!”
“Yang penting aku sudah tidak ada hubungan apa-apa lagi dengan kau. Aku muak, sudah kubilang jangan terlalu mencintai aku!”
“Wajar, karena kau pacarku.”
“Tapi sekarang tidak lagi.”
“Baik, kalau itu mau kau, mengapa tidak enyah dari tadi!”
“Aku pergi! Selamat menangisiku!”
“Dasar bodoh!”

Suasana di tepi gang saat itu tiba-tiba menjadi kelabu, dan Robi pergi begitu saja. Aku berjalan menunduk menuju ke rumah sambil menggerutu. Pantas saja beberapa minggu ini dia tidak pernah mau menjemputku kuliah lagi, dia tidak mau mengangkat telepon dan membalas sms ku. Tidak ada waktu untukku sama sekali. Ternyata dia seperti ini. Dia bilang kalau selama ini tidak ada perasaan sama sekali untukku? Jadi apa artinya selama 3 bulan ini?! Dia jahat! Sama sekali tidak punya perasaan! Apa salahku? Memangnya dia siapa, mengira aku akan menangis karenanya. Dasar bodoh! Aku bisa tanpa dia, aku akan buktikan aku bisa berguna bagi nusa, bangsa, dan agama,loh?  hahaha. 

Hanya selang beberapa menit, aku pun telah berada di depan pintu rumahku. Aku masuk dan menutup pintu rapat-rapat. Kemudian masuk kamar dan mengunci pintunya. Aku muak, Aku langsung loncat ke kasurku dan tidur pulas.

Aku, si keras kepala dan tidak teguh pendirian. Memiliki keinginan kuat namun setengah matang. Melakukan semua hal diawali dengan semangat dan hampir selalu berhenti ditengah-tengah. Suka menunda-nunda pekerjaan, dan menganggap remeh semua hal. Seakan-akan dapat diselesaikan secara mudah. Tapi di sisi lain aku adalah gadis yang manis, baik dan pengertian. Aku suka menambah pengetahuan dengan membaca. Ya, sedikit gambaran watak dan sifatku yang sangat menyukai namaku sendiri, Naruni.


Pagi hari di kampus

“Aku putus.”
“Sudah kuduga, dari awal aku tidak menyukai Robi, sudah terlihat dia tidak mencintaimu. Lelaki kurus, tinggi, jangkung, berkaca mata seperti Superman nyasar!”

Sari terlihat senang menyambut hal ini. Rasanya aku ingin marah pada diriku sendiri, mengapa aku begitu bodoh sampai dibutakan cinta pada Robi, untungnya hubungan kami belum terlalu lama, hanya 3 bulan saja. Aku menyukai Robi karena dia tinggi, pintar, dan salah satu anak aktif di BEM Universitas kami. Namun semua itu tidak menentukan sifat seseorang. Awalnya dia perhatian dan baik kepadaku. Aku tak menyangka dia telah berbuat begini, atau mungkin dia cepat bosan? Ah, sudahlah, semua itu tak penting lagi, pikirku.

“Maaf Sari, seandainya aku pun melihat itu, takkan seperti ini jadinya”, dengan nada menyesal.
“Jangan disesali Naruni, mudah saja mencari lelaki seperti Robi, lagian masih ada si Wanto.”
“Kamu mengejekku? Aku tidak mau mencari, nanti juga datang sendiri.”
“Itu kan katamu, haha”, sembari merangkulku.
“Tertawa saja terus…” aku melepaskan tangan Sari dari pundakku dan pergi meninggalkannya menuju ke kantin.
“Hei, hei, tunggu aku!” Sari merangkulku kembali.

Sari adalah salah satu sahabatku yang kukenal sejak pertama menjadi seorang mahasiswi di Universitas di kotaku ini. Kemana-mana selalu ada aku dan Sari. Terkadang aku iri dengannya, dia yang memiliki tubuh  bagus, wajah cantik dan terlihat sempurna. Tetapi beberapa hal yang tidak kusukai darinya, dia teramat mudah menyukai lelaki, memiliki banyak pacar, dan moodnya cepat sekali berubah. Walau begitu aku tetap sayang dia sebagai sahabatku. J Kalau dibandingkan aku, aku jauh dengan Sari. Tapi tidak sedikit juga teman-temanku bilang kalau aku ini seorang gadis yang manis, meski perawakanku tidak terlalu tinggi, namun kulitku putih, badanku berisi dan sesuai jika memakai pakaian model apapun. 

Esoknya di Perpusatakaan Fakultas

Seperti biasa saat ada jam kosong aku memanfaatkannya untuk pergi ke perpustakaan. Menambah wawasan dengan membaca buku tentang kesusastraan sesuai dengan jurusanku, dan buku-buku ilmu lainnya. Disana Sari masih saja menggodaku soal pacar baru. Dia terus memintaku untuk segera mencari pacar. Aku tahu semua itu dilakukannya agar disetiap hari minggu aku tidak mengganggu waktu kencannya. Karena seperti pengalaman sebelumnya saat aku sedang single, aku selalu meminta Sari meluangkan waktu untuk datang ke rumahku di hari minggu. Namun walaupun begitu terkadang Sari selalu dengan senang hati memenuhi permintaanku. Dia sering datang ke rumah dengan tiba-tiba tanpa sepengetahuanku. Meski tidak setiap hari Minggu ia datang ke rumah.

“Naruni… ayolah cari pacar baru, atau mau kubagi pacarku?”
“Enak saja!" Sambil memalingkan muka. "Sudah kubilang aku tidak akan mencari, nanti juga datang sendiri. Kalau ada yang benar-benar mau denganku, menikah sekarang pun aku berani!”
“Kalau begitu terima saja si Wanto, dia kan tidak jelek-jelek amat, dia juga orang kaya.”
“Orang tuanya yang kaya, lagian aku tidak suka dia. Dia sombong dengan semua yang dimilikinya.”
“Wajar karena begitu kenyataanya, dia kaya. Tapi orang tuanya tidak korupsi toh? Dia kaya karena keturunan.”
“Ya sudah, kalau begitu kau saja yang menikah sama dia.”
Zzzzzttt… Zzzzzttt…
Tiba-tiba handphoneku bergetar karena panggilan masuk. Pembicaraan kami pun terhenti dan aku langsung mengangkat teleponnya.
 “Ya, hallo?”
Suara disana menyambut, “Adakah waktu jam 2 siang ini?”
“Siapa ya?”
“Aku Yusuf, Naruni. Adakah waktu jam 2 siang ini untukku?”
“Yu…Yusuf?”
“Iya, aku Yusuf. Kita pernah satu SMA dulu.”

Nama ini membuatku flashback  2 tahun lalu, dimana Yusuf adalah seseorang yang pernah aku sukai 3 tahun lamanya, semua itu berawal disaat ospek SMA. Hingga di tahun pertama sekolah, kelasnya bersebelahan dengan kelasku. Tidak pernah ada obrolan diantara kami, sekalipun bertegur sapa. Aku hanya tahu namanya dari temanku. Dan hanya  senyuman manis itu pula yang masih membekas dibenakku. Ya, si Yusuf lelaki idamanku di SMA dulu, kini tidak disangka-sangka meneleponku. Dan aku agak sedikit terpaku. Tersadar setelah Sari menepuk pundakku.

“Naruni? Siapa yang meneleponmu?”, dengan nada suara berbisik.

Aku tak hiraukan Sari dan segera melanjutkan pembicaraan melalui telepon dengan Yusuf. Sejenak aku berpikir, apalagi yang ingin kukatakan padanya.

“Kau mau menemuiku di dekat jembatan penyebrangan depan kampusmu?”
 “Baiklah, aku mau.” Aku menjawab dengan tegas tanpa berpikir lagi.
“Sampai nanti.”

Tut…tut…tut… Sambungan telepon pun terputus. Aku masih tak percaya hal ini, berani-beraninya ia datang lagi dikehidupanku setelah 2 tahun berlalu, dan aku telah nyaris melupakannya. Saat kulihat jam ditanganku, waktu menunjukkan satu jam lagi aku akan bertemu dengan Yusuf.

“Hei Naruni, kau kenapa? Seperti menerima telepon dari rentenir.” Tanya Sari heran.
“Aku tidak apa-apa Sari. Oh ya, jam 2 siang ini aku tidak bisa pulang bersama kau ya”, aku tersenyum lebar kepada Sari.
“Nah loh, ada apa ini? Kau tidak tersinggung dengan kata-kataku kan?”
Aku segera merangkul Sari, “Ya tidaklah, non. Bukan masalah itu sama sekali. Kau itu kan sahabat terbaikku.”
Kok wajahmu jadi merona seperti ini? Jangan-jangan…”

Sari mengira-ngira sesuatu tentangku. Dia menatapku curiga.

“Ssssttt, sudah diamlah, lihat itu Ibu Nurmi sudah melihat kita berdua.”
“Bisa saja kau mengalihkan pembicaraan, kasih tahu lah…”
“Nanti ada saatnya.”

Aku tersenyum padanya dan ia pun mengerti maksudku. Kami melanjutkan membaca dengan tenang.


Jam 2 siang, di dekat Jembatan Penyebrangan

Aku sedikit gugup, badanku panas dingin. Sudah semenit aku disini, berdiri tepat didekat tangga penyebrangan yang dimaksudkan di pembicaraan telepon tadi. Tidak lama kemudian ada yang menepuk pundakku.

“Sudah lamakah menunggu Naruni?”

Aku menoleh ke belakang, terlihat sosok Yusuf yang tinggi tegap, berperawakanan tenang. Wajahnya tidak berubah, hanya saja agak sedikit berjerawat  di pipi namun tetap terlihat manis.

“Kau Yusuf?”
“Iya, apa kabar Naruni, lama kita tidak bertemu kau makin manis.”
“Ah, yang benar. Kau tahu darimana nomor teleponku, dan sejak kapan kau tahu nama dan sosokku?”
“Seseorang yang memberi nomormu padaku lewat salah satu jejaring sosial. Dan aku tahu nama dan dirimu sejak SMA, saat aku tak sengaja pernah mendengar teman-temanmu memanggil namamu. Aku tidak pernah berani berkenalan denganmu dulu.”
“Dan sekarang mengapa kau  tiba-tiba mau meneleponku? Kita kan tidak pernah kenal, ya… meskipun dulu sempat satu SMA, tapi sekali pun kita tidak pernah kenal.”
“Baiklah, sekarang aku memperkenalkan diri. Hai namaku Yusuf, senang bertemu denganmu.”

Senyuman manis itu kini terlihat lagi setelah 2 tahun berlalu. Dulu aku sering mencuri pandang padanya. Aku terpaku lama memandang wajahnya, tanpa sadar Yusuf berdiri dibelakangku dan mataku mulai mecarinya. Yusuf kembali menepuk pundakku.

“Apa kau mencariku?”

Ya Tuhan, wajahku memerah dan aku merasa malu sekali pada Yusuf.

“Maaf Yusuf, aku hanya masih tidak percaya bisa bertemu kau lagi”
“Aku ingin mengajakmu jalan hari ini, dan biar kita bisa lebih mengenal lagi satu sama lain”.
“Baiklah”.
“Ini pakailah helmnya, dan naik berbocen
gan denganku”.


Malam harinya di kamarku

Aku terbaring di kasur sambil menatap langit-langit ruang kamarku. Tidak tahu mengapa aku tersenyum-senyum sendiri seolah-olah semua masalahku hilang ditelan badai. Aku senang jalan-jalan keliling kota bersamamu hari ini Yusuf. Ternyata kau masih bisa memikatku lagi seperti 2 tahun yang lalu. 2 tahun setelah tamat SMA dan tak bertemu lagi setelahnya sampai saat ini. Walaupun tidak ditakdirkan kenal diwaktu dahulu, tapi dibalik semua itu Tuhan telah memberikan rencana lebih indah pada waktu sekarang.
“Waaaaa… Yusuf, hahaha.”

Setelah 2 bulan berlalu, sejak pertemuan di dekat jembatan penyebrangan, aku dan Yusuf terus berhubungan. Enta itu melalui telepon ataupun bertemu langsung. Tapi hal ini masih belum kuceritakan kepada Sari sahabatku, sampai nanti tiba waktunya.


Minggu pagi
Zzzzttt… Zzzzttt…
Handphoneku bergetar, segera kuangkat tanpa melihat kelayarnya. Aku tahu yang meneleponku itu Yusuf.
“Iya, hallo Yusuf?”
“Ini aku Sari, siapa Yusuf?”
“Oh, Sari. Maaf ya, aku pikir Yusuf temanku.”
“Aku mau ke rumahmu hari ini. Adakah kau, om dan tante di rumah?
“Tumben, ada apa dengan kau Sari?”
“Jawab saja pertanyaanku, kau ini!”
“Iya ada, datang saja bila kau mau”.
“Baiklah, siang ini jam 2”.

Tut…tut…tut… Sari langsung menutup teleponnya. Aku heran mengapa tiba-tiba dia meneleponku terlebih dahulu kalau dia mau datang ke rumah. Dan tiba-tiba juga menanyakan keberadaan orang tuaku. Padahal biasanya dia langung datang begitu saja ke rumahku, terkadang tanpa sepengetahuanku dia sudah ada didalam kamarku.


Siang jam 2

Tok…tok…tok… Suara seseorang mengetuk pintu rumah, terdengar dari kamarku. Terdengar pula suara ibu menyambut tamu itu dari dalam. Ibu segera berjalan kearah ruang tamu untuk membukakan pintu. Tak seperti biasanya, ibu tidak memanggilku sama sekali. Aku pikir itu tamu ibu. Biasanya di hari minggu ini hanya ada Sari atau teman-temanku yang  lain yang datang ke rumah.

Aku masih menunggu kedatangan Sari, sudah sepuluh menit berlalu sejak kedatangan tamu di rumah. Kemudian terdengar langkah kaki Ibu mendekat ke kamarku.

Tok…tok…

“Naruni…”
“Masuk saja bu, tidak dikunci”.

Ibu masuk dan menghampiriku dengan wajah berbinar namun serius.

“Naruni, ada yang mau bertemu denganmu nak, tetapi ibu harap kau jangan terkejut nanti.”
“Memangnya kenapa bu? Seperti mau menemui presiden saja.”
“Ya sudah sekarang kamu siap-siap dan pakai baju ini.”
Kok pakai acara ganti baju sih bu? Heran!”
“Sudahlah jangan banyak bicara, turuti saja kata-kata ibu. Jangan lupa rambutmu diikat.”

Ya, seperti biasa, kalau di rumah rambutku panjang terurai tanpa disisir sama sekali.

Tidak lama kemudian aku keluar kamar menuju ruang tamu. Sungguh suatu hal yang tidak kusangka-sangka, mataku tertuju pada sesosok lelaki manis yang pernah kudambakan, dia berdiri menyambutku bersama ketiga orang lainnya. Dua orang yang asing dan seorang lagi yang tak asing  bagiku yaitu Sari.
“Sari, mengapa kau bisa disini bersama mereka?”
“Sudahlah, ayo duduk dulu.”

Ibu memperkenalkanku kepada kedua orang asing tersebut. Mereka pun memperkenalkan diri. Seperti mimpi, mereka berdua adalah kedua orang tua Yusuf.

“Maaf Naruni, aku tidak membertahumu soal ini sebelumnya, tapi ini diluar rencanaku, aku membawa kedua orang tuaku untuk membicarakan pernikahan kita.”
“Maksudnya kau mau melamarku? Tapi mengapa?”
“Karena aku ingin serius denganmu, aku tidak ingin pacaran yang hanya membuang-buang waktu.”
“Seyakin itukah kau denganku?”
“Tak butuh waktu lama untuk mengenalmu, Naruni…”

Dan untuk lebih meyakinkan hal itu, kedua orang tuanya pun membicarakan hal ini denganku di depan orang tuaku dan Sari. Ya, Sari, ternyata dialah dalang dari semua ini. Dia yang mengenalkan dan mempertemukan aku dengan Yusuf. Selama 2 tahun ini menjadi sahabatnya, tidak pernah aku ketahui bahwa dia adalah sepupu dari Yusuf.

“Sari, kau tidak pernah cerita bahwa kau ada sepupu bernama Yusuf!”
“Apa semuanya harus kau ketahui? Kau juga tak pernah sedikit pun bercerita tentang Yusuf!”
“Itu… Itu…” Kerongkonganku seakan terhalang batu. “Maaf Sari, tapi….”
“Sudahlah, bukan masalah bagiku, yang penting sekarang aku senang melihatmu.”
“Terima kasih Sari. Sebenarnya aku hanya butuh waktu yang tepat untuk menceritakannya padamu”

Aku segera menghampiri Sari dan memeluknya.


Malam Harinya

Setelah pembicaraan serius itu berlangsunng, aku, Sari, ibuku dan ibunya Yusuf mempersiapkan makan malam di rumah. Sedangkan Yusuf, ayahku dan ayahnya melanjutkan obrolan mereka. Terpancar  rona bahagia di wajah kami, terutama aku. Aku tidak menyangka secepat ini. Dan bagaikan punguk merindukan bulan, akhirnya kudapatkan lelaki idamanku yang kuidam-idamkan sejak SMA.

Hari ini juga Robi menghubungiku kembali lewat sms. Isinya, dia meminta maaf kepadaku atas sikapnya waktu itu. Dia merasa bersalah telah mencampakkanku dan memilih gadis lain. Ternyata gadis yang dipacarinya adalah seorang janda yang mengaku gadis. Tapi sudah sejak saat itu pula aku telah memaafkan Robi. Dan sekarang kami pun memutuskan untuk berteman baik.

Disaat makan malam berlangsung, ada seseorang lagi yang datang ke rumah, dia Erwin pacarnya Sari. Sari sudah mengaku padaku, sekarang dia tidak mau mengoleksi pacar yang banyak lagi, cukup satu dan itu Erwin. Aku senang dengan keputusan yang dibuat Sari, karena aku pun mengenal Erwin dengan baik.

Setelah makan malam yang menyenangkan tadi, kami berkumpul kembali di ruang tamu. Aku duduk disebelah Yusuf. Yusuf menyodorkan tangannya yang berisikan sebuah kotak kecil kepadaku. Dan saat aku membuka hadiah itu didepan mereka, aku tersenyum dan langsung menatap wajah Yusuf.  Ternyata itu adalah cincin pernikahan kami nanti.

“Terima kasih ya, Yusuf, kau sungguh telah membuatku bahagia lahir ke dunia ini”.
“Aku sayang kamu, Naruni”.

Dan semua pun tersenyum bahagia untuk kami.

Terima kasih Tuhan, semua memang indah pada waktunya...

#Cerpen Mungil Deka  ^___^
-cerita ini hanya fiktif belaka-